Wisata Indonesia - Obyek Wisata Bima Nusa Tenggara Barat (NTB) - Kota Bima memiliki potensi pariwisata yang cukup beragam, wisata alam, seni dan budaya, kuliner, religi dan masih banyak lagi. Kota Bima secara geografis terletak di bagian timur Pulau Sumbawa pada
posisi 118°41'00"-118°48'00" Bujur Timur dan 8°20'00"-8°30'00" Lintang
Selatan. Tingkat curah hujan rata-rata 132,58 mm dengan hari hujan:
rata-rata 10.08 hari/bulan. Sementara matahari bersinar terik sepanjang
musim dengan rata-rata intensitas penyinaran tertinggi pada Bulan
Oktober, dengan suhu 19,5 °C sampai 30,8 °C.
Daftar objek wisata kota Bima Nusa Tenggara Barat atau NTB
Berikut ini ulasan tentang
Daftar objek wisata kota Bima Nusa Tenggara Barat atau NTB :
1. Pantai Lawata
Pantai Lawata merupakan salah satu tempat tujuan wisata utama bagi masyarakat Kota Bima. Di kawasan pantai ini pengunjung dapat menikmati gai beryang tersedia dan melakukan aktifitas seperti berenang.
Pantai Lawata merupakan salah satu tempat tujuan wisata utama bagi masyarakat Kota Bima. Di kawasan pantai ini pengunjung dapat menikmati gai beryang tersedia dan melakukan aktifitas seperti berenang.
2. Pantai Kalaki
Pantai Kalaki merupakan pantai yang memiliki pasir yang cukup landai,
terletak di sebelah selatan kota Bima. Perjalanan dari kota Bima, melewati Lawata menuju
ke arah Lapangan Terbang Palibelo. Di Kalaki, pengunjung bisa bermain air laut
yang dangkal, atau piknik sambil menikmati pemandangan laut teluk Bima.
Pengunjung Pantai Kalaki umumnya berasal dari kota Bima dan dari kecamatan Woha
dan Belo/Palibelo. Pantai Kalaki juga terlalu landai sehingga
untuk mendapatkan kedalaman yang cukup untuk berenang atau menyelam, pengunjung
harus masuk jauh ke dalam laut.
Pantai Amahami juga merupakan tempat tujuan bagi masyarakat Kota Bima untuk berwisata. Kawasan pantai ini ramai terutama pada sore dan malam hari, dengan berbagai aktifitas yang ada seperti pedagang kaki lima. Pantai ini berdekatan dengan Pantai Lawata atau berada sebelum Pantai Lawata dari arah Terminal Dara. Selain pantai-pantai tersebut, di kawasan pesisir Teluk Bima masih terdapat obyek-obyek wisata yang menarik untuk dikunjungi, seperti Pantai Ule dan Pantai So Ati. Perjalanan dari pusat kota dengan menggunakan sepeda motor paling tidak membutuhkan waktu maksimal 10 menit. Di lokasi tersebut sekarang banyak tersedia makanan dan minuman yang terseduia untuk pengunjung Pantai Amahami.
4. Pantai Ni u
Pantai Ni u merupakan pantai yang terletak di sisi timur Teluk Bima, di jalan lintas Bima-Sumbawa sekitar 3,5 km dari terminal Dara Kota Bima. Lokasinya yang berada di tepi jalan nasional ini menjadikan pantai ini mudah dijangkau oleh wisatawan. Obyek wisata ini cukup ramai dikunjungi wisatawan lokal, terutama pada hari-hari libur. Di kawasan ini terdapat gazebo-gazebo yang dibangun Pemerintah Kota Bima dan dapat dimanfaatkan pengunjung untuk menikmati panorama pantai kawasan ini.
5. Pantai Ule
Pantai Ule merupakan salah satu pantai di Bima yang letaknya disepanjang utara pelabuhan Bima. Untuk menuju ke pantai Ule hanya butuh waktu 5 menit dari Pusat Kota Bima. Jalan tembus tujuan Kolo yang sudah di aspal mulus membuat perjalanan ke Pantai Ule menjadi sangat mudah untuk dicapai.
6. Pantai Kolo
Pantai Kolo merupakan salah satu pantai di Bima yang memiliki pemandangan alam yang indah. Sepanjang jalan menuju Kolo, anda akan menikmati pesona alam dengan aspal mulus menyisir sepanjang pantai. Sejak dari pendakian Ule ke utara, pesona alam bagian utara Kota Bima meninggalkan kesan. Sejauh mata memandang kearah barat, biru laut membentang memanjakan mata, dari bukit sebelah kanan jalur dan disebarang terdapat Pulau Kambing yang berdiri sendiri serta jejeran bukit dan pegunungan Soromandi serta Donggo yang begitu elok bagi siapapun penikmat alam pegunungan sekaligus laut dan pantai.
Tempat Wisata Kota Bima
Secara historis Kota Bima merupakan
pusat Kesultanan Bima dimasa lampau. Dengan warisan kekayaan budaya yang
dimiliki, Kota Bima dapat mengembangkan wisata budaya dengan kebudayaan Islam
sebagai basisnya. Asi Mbojo (istana kesultanan), kuburan raja-raja dan para
wali, permainan dan kesenian rakyat serta upacara keagamaan seperti perayaan
maulud, U'a pua serta prosesi pelantikan raja dan lain-lain merupakan obyek dan
event yang sangat menarik. Wisata alam dan bahari juga bisa dikembangkan.
Kawasan pesisir dari Pantai Lawata sampai pintu gerbang Kota Bima bisa
dikembangkan sebagai pusat perhotelan dan perdagangan souvenir. Taman
Kota juga bisa diciptakan sebagai alternatif bagi wisatawan domestik.
Hal ini didukung pula oleh berbagai
usaha jasa dan produk wisata yang cukup baik, seperti usaha perhotelan, biro
perjalanan wisata, dan souvenir berupa tenun ikat, songket, sarung dan
lain-lain.
Wisata Kuliner Kota Bima
Minuman Tradisianal Buah Lontar (Oi
Ta’a)
Melintasi sepanjang jalan lintas
Bima – Sape tepatnya di sebelah timur Terminal Kumbe Kota Bima, kita akan
menemukan Kedai –kedai Oi Ta’a atau Air Lontar yang dijual warga di Oi Mbo
Kelurahan Kumbe. Nama Oi Mbo tercatat dalam legenda Tanah Bima, nama kampung
ini diberikan oleh Raja Indra Zamrut untuk mengenang adiknya Indra Komala yang
telah memakjulkan diri disebuah mata air di ujung selatan kampung Oi Mbo,
karena adanya perselisihan di antara keduanya yang disebabkan oleh Mata Pancing
Indra Zamrut yang dihilangkan oleh Indra Komala. Nama Oi Mbo berasal dari Oi
Mbora (air yang hilang) karena di mata air itulah Indra Komala menenggelamkan
diri hingga menghilang.
Waktu yang tepat untuk mengambil Air
Lontar adalah pada pagi hari dan sore hari, sementara produksi air lontar yang
melimpah di Oi Mbo ini berlangsung dari bulan April hingga Agustus. Meminum air
lontar yang segar adalah pada saat baru di ambil dari pohonnya. Disamping
airnya, lontar memiliki banyak manfaat antara lain daunnya dapat digunakan
sebagai bahan pembuat rokok, bahan Topi dan payung (Paju Longge) dalam
upacara-upacara adat Bima dan buah lontar sangat gurih untuk dimakan.
Makanan Khas (Wisata Kuliner
Penaraga)
Kota Bima merupakan kota yang juga
dikenal sebagai Kota Kuliner, Anda bisa menikmati berbagai jenis makanan baik
tradisional maupun nasional karena di Kota Bima masyarakatnya terdiri dari
berbagai suku dan etnik sehingga segala jenis makanan ada di Kota Bima seperti;
Padang, Sulawesi, Jawa, Sumbawa dan Lombok.
Disamping itu, Jajanan dan Kue yang
merupakan produksi lokal yang dihasilkan oleh para ibu rumah tangga, industri
rumah tangga maupun perusahaan-perusahaan kue lokal juga banyak ditemukan
dengan berbagai rasa, bentuk dan nama. Salah satu tempat yang menjadi pusat
jajanan dan kuliner tradisional di Kota Bima adalah Kelurahan Penaraga, di
tempat ini kita bisa langsung melihat mulai dari proses pembuatan sampai jajanan
itu siap untuk di makan atau dijual dan bahkan kita bisa langsung membeli dan
menikmati jajanan dan makanan lainya yang ada di Penaraga.
Seni
Budaya Kota Bima
Kota
Bima memiliki wisata budaya dengan kebudayaan Islam sebagai basisnya. Asi Mbojo
(istana kesultanan), kuburan raja-raja dan para wali, permainan dan kesenian
rakyat serta upacara keagamaan seperti perayaan maulud, U'a pua serta prosesi
pelantikan raja dan lain-lain merupakan obyek dan event yang sangat
menarik.
Berikut ini adalah beberapa tarian khas Bima yang masih dapat di
nikmati antar lain:
a.
Atraksi Gantao
Atraksi Gantao merupakan jenis tarian ini berasal dari
Sulawesi Selatan dengan nama asli Kuntao. Namun di Bima diberi nama Gantao.
Atraksi seni yang mirip pencak silat ini berkembang pesat sejak abad ke-16
Masehi. Karena pada saat itu hubungan antara kesultanan Bima dengan Gowa dan
Makasar sangat erat. Atraksi ini dapat dikategorikan dalam seni Bela diri
(silat), dan dalam setiap gerakan selalu mengikuti aturan musik tradisional
Bima (Gendang, Gong, Tawa-tawa dan Sarone). Pada zaman dahulu setiap
acara-acara di dalam lingkungan Istana Gantao selalu digelar dan menjadi ajang
bertemunya para pendekar dari seluruh pelosok, hingga saat ini Gantao masih
tetap lestari detengah-tengah masyarakat Bima dan selalu digelar pada acara
sunatan maupun perkawinan).
b.
Tari Wura Bongi Monca
Tari Wura Bongi Monca ini biasanya digelar pada acara-acara penyabutan tamu baik secara formal maupun informal. Pada masa kesultanan tarian ini biasa digelar untuk menyambut tamu-tamu sultan. Tarian ini dimainkan oleh 4 sampai 6 remaja putri dalam alunan gerakan yang lemah lembut disertai senyuman sambil menabur beras kuning kearah tamu, Karena dalam falsafah masyarakat Bima tamu adalah raja dan dapat membawa rezeki bagi rakyat dan negeri.
c.
Tari Lenggo
Lenggo Mbojo juga disebut Lenggo Siwe. Jenis Tari Lenggo terdiri dua jenis, yaitu Tari Lenggo Melayu dan Lenggo Mbojo. Lenggo Melayu juga dalam bahasa Bima disebut Lenggo Mone karena dibawakan oleh 4 orang remaja pria.
Tarian Lenggo selalu dipertunjukkan pada saat Upacara Adat Hanta UA PUA terutama pada saat rombongan penghulu Melayu mamasuki pelataran Istana.
d.
Rawa Mbojo
Seni budaya Rawa Mbojo merupakan senandung yang di-iringi gesekan Biola berpadu dengan syair dan pantun yang
penuh petuah. Sebagai selingan Rawa Mbojo, dihadirkan pula
seorang pawang cerita yang membawakan dongeng-dongeng yang menarik dan penuh
makna kehidupan.
Syair dan senandung Rawa Mbojo
didominasi pantun khas Bima yang berisi nasehat dan petuah, kadang pula jenaka
dan menggelitik. Ini adalah sebuah warisan budaya tutur yang tak ternilai unuk
generasi. Dalam Rawa Mbojo terdapat beragam lirik yang dikenal dengan istilah
Ntoro. Ada Ntoko Tambora, Ntoko Lopi Penge, dan Ntoko lainnya. Tiap Ntoko
memiliki khas masing-masing. Misalnya Ntoko Tambora dilantunkan dalam syair dan
irama yang mengambarkan kemegahan alam.
e.
Hadrah Rebana
Hadrah Rebana merupakan jenis atraksi yang
telah mendapat pengaruh ajaran islam dan telah
berkembang pesat sejak abad ke-16. Syair lagu yang dinyanikan adalah
lagu-lagu dalam bahasa Arab dan biasanya mengandung pesan-pesan rohani. Dengan
berbekal 3 buah Rebana dan 6 sampai 12 penari, mereka mendendangkan lagu-lagu
seperti Marhaban dan lain-lain
Semua atraksi kesenian dan
tari-tarian ini oleh Pemerintah Kota Bima selalu di gelar pada setiap perayaan
hari-hari besar daerah, propinsi dan nasional bahkan untuk menyambut para
tamu-tamu pemerintahan, wisatawan dan kegiatan-kegiatan ceremonial lainnya yang
terpusat di Paruga Nae (tempat khusus pagelaran seni budaya dengan arsitektur
khas tradisional rumah adat Bima).